Sabtu

Malik bin Dinar

Malik bin Dinar, seorang tokoh sufi abad 8 M (wafat tahun 748), berhasrat menjadi pengurus Masjid Raya Umawi di Kota Damaskus. Maklum, pengurus masjid kebanggaan Bani Umayyah itu, mendapat fasilitas hebat. Sekaligus menjadi inner circle kepercayaan khalifah dalam berbagai urusan.

Agar mendapat perhatian, Malik bin Dinar memgambil tempat di pojok depan. Tekun beribadah di situ. Siang malam tiada henti.

"Jika orang-orang mengetahui aku rajin salat, tentu mereka akan merekomendasikanku kepada khalifah untuk diangkat menjadi pengurus masjid," begitu pikir Malik bin Dinar.

Waktu berlalu. Hari, minggu, dan bulan, Malik bin Dinar semakin menampakkan kesalehan. Akan tetapi, jika jemaah masjid sudah sepi, ia tidur nyenyak atau keluyuran ke tempat-tempat keramaian.

Setahun sudah, tak ada sedikit pun perhatian orang. Malik bin Dinar kesal, kemudian sadar.

"Mengapa aku mengorbankan usia dan tenaga dalam beribadah hanya untuk sebuah kedudukan? Mengapa aku tidak beribadah hanya untuk Allah SWT., semata, Zat Pemberi Karunia Nikmat untuk segenap makhluk-Nya?"

Malam itu, mulailah Malik bin Dinar salat dengan tulus ihlas. Menghadapkan jiwa dan raganya kepada Allah SWT.

Pagi hari, orang-orang ribut menyaksikan dinding masjid retak-retak.

"Kita perlu mengangkat petugas untuk mengawasi kondisi masjid," kata mereka.

"Orang yang suka salat di pojok depan, kiranya cocok untuk memangku jabatan itu," beberapa orang mengusulkan.

Dua puluh pemuka Damaskus segera mendatangi Malik bin Dinar di pojok. Meminta kesediaannya menjadi pengawas masjid.

"Ya Allah!" Malik bin Dinar tersedu sambil bersujud. "Setahun aku beribadah demi sebuah kedudukan, tak ada seorang manusia pun datang memperhatikan. Akan tetapi, baru sekali saja aku salat demi kesucian dan keagungan-Mu, 20 orang beramai-ramai datang ingin mengangkatku ke kedudukan yang dulu kuidam-idamkan. Tidak, aku tidak akan menerima tawaran itu. Rahmat karunia dan ampunan-Mu telah amat cukup bagi hidup dan kehidupanku kini dan nanti."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar